Gagasan membentuk organisasi persatuan para alumnus UGM timbul tahun 1956. Pada tahun ini mulai terselenggara berbagai pertemuan yang dilakukan alumni dari berbagai fakultas.
Dalam peringatan Dies Natalis UGM tahun 1958 Ir. Suwarno (alm.) didesak Panitia Dies Natalis Dewan Mahasiswa UGM untuk mengambil inisiatif pertama menyelenggarakan musyawarah para alumnus UGM pertama dari berbagai kota tanggal 18 Desember 1958 di Yogyakarta. Dari musyawarah ini lahirlah organisasi "Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada" disingkat KAGAMA.
Pada Musyawarah I KAGAMA Prof.Ir. Herman Johannes ditunjuk sebagai Ketua dengan Sekretaris Ir. Suwarno. Ciri-ciri KAGAMA juga berhasil dicetuskan dalam musyawarah itu, yaitu :
1. KAGAMA adalah organisasi kekeluargaan bukan organisasi politik.
2. KAGAMA berdiri di luar UGM, tetapi menjalin hubungan yang erat dengan UGM.
3. Keanggotaan KAGAMA diperoleh secara pasif, yaitu seorang alumnus UGM otomatis menjadi anggota KAGAMA.
4. Yang dimaksud UGM dalam hubungannya dengan KAGAMA, bukan saja UGM yang diresmikan pemerintah RI tanggal 19 Desember 1949 tetapi juga perguruan-perguruan tinggi yang lebih dulu ada sebagai embrio-embrionya yaitu:
a. Sekolah Teknik Tinggi berdiri tanggal 12 Februari 1946.
b. Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (swasta) berdiri tanggal 3 Maret 1946, dengan Fakultas Hukum dan Kesusastraan.
c. Perguruan Tinggi Klaten, berdiri tanggal 5 Maret dan 27 September 1946, meliputi sekolah Sekolah Tinggi Kedokteran, Farmasi dan Pertanian. Pendirian Fakultas-fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi, Pertanian dan Kedokteran Hewan berdiri tanggal 1 Nopember 1949.
d. Pendirian Fakultas-fakultas Teknik Akademi Ilmu Politik oleh Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada.
5. Yang disebut sebagai alumnus UGM (anggota KAGAMA) adalah seseorang yang memiliki ijasah dari UGM, mulai dari propaedeuse sampai yang tertinggi, yaitu gelar Doktor dan Doktor Honoris Causa.
Musyawarah II KAGAMA diselenggarakan tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, antara lain memutuskan untuk menyusun "ANGGARAN DASAR KAGAMA" yang ditugaskan kepada Pengurus Pusat KAGAMA. Sebagai Ketua KAGAMA dalam periode ini adalah Prof.Drs. Soempono Djojowadono. Tanggal 5 April 1962, Pengurus Pusat KAGAMA berhasil menyusun Anggaran Dasar KAGAMA yang dinyatakan berlaku surut sejak tanggal 19 Desember 1961.
Rencana Munas KAGAMA III di Jakarta tahun 1965 tertunda berhubung pemberontakan G30S/PKI. Masa sesudah tahun 1966, kepengurusan KAGAMA praktis dipegang oleh Ir. Soewarno, hingga tahun 1973, Prof.Ir. Herman Johannes kembali menjadi Ketua KAGAMA. Setelah 10 tahun tak ada kegiatan berarti, maka atas inisiatif Pengurus Pusat yang ada, diseliggarakan pertemuan pendahuluan Musyawarah KAGAMA III di Yogyakarta, 18 Desember 1975.
Pada pertemuan pendahuluan tersebut diputuskan untuk mengadakan persiapan Musyawarah KAGAMA III di Jakarta sekitar Mei - Juli 1976. Namun karena kesibukan tokoh-tokoh KAGAMA menjelang Pemilu, maka oleh Pengurus Pusat penyelenggaraan musyawarah dialihkan ke Surabaya. Tanggal 5 - 8 Januari 1977, berhasil diselenggarakan Musyawarah Nasional III KAGAMA di Surabaya. Dalam musyawarah itu telah diputuskan beberapa hal penting, yaitu:
1. Perubahan Anggaran Dasar dan penyusunan Anggaran Rumah Tangga KAGAMA yang diserahkan kepada Pengurus Pusat Harian.
2. Pembentukan Pengurus Pusat KAGAMA yang terdiri dari:
- Pengurus Pusat Lengkap
- Pengurus Pusat Harian
3. Pembentukan Yayasan KAGAMA Pusat, yang pelaksanaannya diserahkan kepada Pengurus Pusat Harian.
4. Penyusunan Program Kerja KAGAMA untuk periode 1977 - 1981.
5. Pendirian wisma KAGAMA di Yogyakarta sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan KAGAMA, guna mendorong pengembangan almamater.
Dalam periode ini Prof.Ir. Herman Johannes terpilih sebagai Ketua umum KAGAMA dan Prof.dr. Ismangoen sebagai Ketua Yayasan KAGAMA Pusat. Sejak tahun 1977, kegiatan KAGAMA di pusat maupun daerah mulai tampak lebih nyata. Baik berupa pertemuan ilmiah maupun pengabdian masyarakat. Dan setiap Dies Natalis UGM diselenggarakan rapat PPL di Yogyakarta, yang disertai seminar-pertemuan ilmiah yang kemudian hasilnya disumbangkan kepada masyarakat, pemerintah dan almamater.
Pada Dies Natalis UGM 19 Desember 1979, sebagian dari gedung Wisma KAGAMA diresmikan oleh Prof.Ir. Herman Johannes, Bangunan ini terdiri dari 5 unit 7 m x 7 m di atas tanah 57 meter x 110 meter terletak di kawasan Bulaksumur, di Utara RS Pantirapih. Berbarengan pula setelah unit kecil Wisma KAGAMA Pusat ini, KAGAMA Surabaya membangun wismanya di sana.
Musyawarah Nasional IV KAGAMA 19-21 Pebruari 1981 diselengggarakan di Jakarta dan pembukaanya diresmikan oleh Presiden RI Soeharto di Istana Merdeka. Di bidang organisasi, Munas IV antara lain memutuskan tentang perubahan dan penyempurnaan AD dan ART yang menyangkut Organisasi, Pengurus Pusat dan Daerah serta Yayasan KAGAMA. Keputusan penting yang berikutnya adalah " Sumbangan Pemikiran KAGAMA untuk GBHN 1983".
Dalam Munas IV ini Prof. Dr. Sukadji Ranuwiharjo, M.A. menjadi Ketua Umum KAGAMA periode 1981-1985. Dan Prof. Ir. Herman Johannes yang mengabdi untuk KAGAMA sejak berdiri tahun 1958 diputuskan menjadi sesepuh KAGAMA.
Selama periode 1981 - 1985, kegiatan di daerah dan pusat cukup menonjol. Di daerah banyak berdiri cabang-cabang baru, terlebih lagi di Jawa Barat yang tahun 1985 ini menjadi pusat perhatian karena Munas V diselenggarakan di Bandung. Namun salah satu yang sudah lama diidam-idamkan seluruh warga KAGAMA adalah Wisma KAGAMA di Yogyakarta belum juga terwujud. Sampai sekarang masih terdiri dari 5 unit yang pernah diresmikan 19 Desember 1979.
Dalam Munas V, yang berlangsung tanggal 18 - 20 Februari 1985 di Bandung ditetapkan agar Pengurus Pusat Harian KAGAMA yang terdiri dari Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H., ML. (Ketua Umum) dan Drs Hadori Yunus (Sekretaris Umum) untuk menyempurnakan AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga ) KAGAMA.
Program kerja Pengurus Pusat Harian KAGAMA 1985-1989, yang berhasil ditetapkan pada Munas ini meliputi : pembinaan organisasi, pembinaan komunikasi alumni, pembinaan hubungan dengan almamater UGM, pembinaan sarana fisik pengurus pusat dan peningkatan kemampuan ilmiah anggota KAGAMA.
Dari pelaksanaan program kerja di atas, diperoleh laporan kegiatan yang sangat menonjol adalah meliputi dua hal. Pertama pembinaan organisasi. Ini ditandai dengan berhasilnya disahkan penyempurnaan AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga) KAGAMA tanggal 18 Desember 1986. Di samping itu juga berhasilnya konsolidasi Cabang dan Pengurus Daerah KAGAMA. Sedang hal kedua, mengenai pembinaan sarana fisik Pengurus Pusat Harian, yaitu berhasil diselesaikan pembangunan Wisma KAGAMA yang menelan biaya 600 juta rupiah lebih.
Dalam kurun waktu 4 tahun setelah Munas VI di Bali, telah cukup perkembangan baru yang bisa dicatat. Tidak saja dari kegiatan yang berdasar realisasi dari rencana kerja yang telah disusun, tapi juga pengembangan-pengembangannya.
Konsolidasi organisasi misalnya, yang merupakan program pokok telah dilaksanakan dengan pembentukan KAGAMA Cabang, baik di dalam maupun di luar negeri. Mengingat pembentukannya sesuai ketentuan ART sekurang-kurangnya dengan anggota 25 orang dan bahkan bisa menyimpang jika situasi dan kondisi daerahnya tak memungkinkan, wajar jika kemudian banyak dibentuk KAGAMA Cabang. Laporan KAGAMA 1992 lalu menyebutkan tak kurang dari 52 Pengurus Cabang yang tercatat hingga kini.
Kerjasama dengan sejumlah pihak telah pula dilakukan, misalnya dengan Bank Duta dengan penerbitan kartu kredit Visa KAGAMA-BANK DUTA. Demikian pula dengan Koperasi Asuransi Indonesia (KAI). Dalam setiap kerjasama, tentunya kedua belah pihak memperoleh manfaat. Sementara itu Yayasan KAGAMA Pusat diorientasikan pada pemantapan organisasi dan pendukung dana bagi kegiatan KAGAMA, khususnya kegiatan PPH KAGAMA. Kegiatan di bawah Yayasan KAGAMA Pusat antara lain PT. COLIN dan PT Gada Mas yang berkedudukan di Jakarta. PT. Purna Gama yang meliputi koordinasi semua kegiatan Yayasan KAGAMA di Yogyakarta. Kegiatan di Yogyakarta antara lain pengelolaan Wisma KAGAMA, Percetakan, PT. Retracindo. Yang terakhir, Yayasan KAGAMA menanam saham 50 persen yang pada tanggal 15 Juni 1992 disahkan di Notaris.
KAGAMA dipastikan kian menggelembung. Tidak saja dalam kegiatan-kegiatannya, namun juga dalam jumlah anggotanya. Tiap wisudawan kini mendapatkan kartu anggota. Dalam wisuda terakhir 19 Mei 1993 lalu Rektor UGM Prof.Dr.Ir. Mochamad Adnan menyebutkan lulusan UGM tercatat 61.048 orang lulusan, 53.645 diantaranya lulusan program sarjana (S1) dan 212 doktor. Artinya, anggota KAGAMA, meski belum semua terregistrasi adalah sebanyak lebih dari 61 ribu orang.
PPH KAGAMA memang mengadakan kunjungan-kunjungan ke daerah tapi umumnya dikaitkan dengan tugas-tugas dari pengurus. Sedang realisasi PBUD merupakan pelaksanaan yang paling terasa gregetnya. Pengumpulan dana maupun penggunaan dana di tiap fakultas rasanya juga masih perlu diaktifkan kembali.
Partisipasi yang juga amat bermanfaat adalah tampilnya wakil KAGAMA dalam tiap wisuda. Wakil KAGAMA yang ditunjuk untuk mewakili pengurus maupun anggota berkesempatan untuk memberi pesan di acara wisuda itu. Karenanya, anggota baru KAGAMA atau lulusan merasakan ada rekatan antara dirinya dengan organisasi KAGAMA secara langsung.
Pada tanggal 1- 3 Agustus 1993 dilaksanakan MUNAS VII KAGAMA di Banjarmasin. Munas yang dihadiri lebih dari 400 orang, mengambil tema "Peningkatan Sumber Daya Manusia Sebagai Faktor Strategis Pembangunan Nasional" yang dipersiapkan dengan matang oleh Panitia, yang sebagian besar adalah pejabat-pejabat jajaran teras di Kalimantan Selatan. Dalam Munas ini selain dihasilkan beberapa keputusan, juga dihasilkan suatu hasil seminar tentang "Peningkatan Sumber Daya Manusia ", yang meliputi bidang Kepribadian, Profesi, dan Kelembagaan.
Dalam rangka Munas ini pula Kuliah Kerja Nyata UGM untuk pertama kalinya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di luar Jawa, atas permintaan Pemerintah Daerah dan KAGAMA Daerah Kalimantan Selatan dengan maksud untuk menyemarakkan kegiatan Pra Munas khususnya dengan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial.
Keputusan yang dihasilkan dalam Munas VII KAGAMA antara lain tentang Susunan Dewan Pembina, Susunan Pengurus Pusat Harian masa bakti 1993 - 1997, Program Kerja, dan Hasil Seminar, serta perubahan AD-ART KAGAMA. Sebagai Dewan pembina adalah Rektor UGM dan sebagai Ketua Umum PPH KAGAMA masa bakti 1993 - 1997 adalah Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H. Susunan pengurus kali ini memberikan isyarat bahwa KAGAMA akan makin bersinar pada masa mendatang, terutama menyangkut keberpihakan kepada rakyat kecil. Program Kerja yang dihasilkan dalam Munas ini adalah usaha konkret untuk meningkatkan partisipasi yang lebih nyata dan aktif dari para anggota KAGAMA sebagai individu maupun bersama-sama dalam wadah KAGAMA dalam pembangunan nasional.
Program ini cukup lengkap, mulai program Intern hingga program Ekstern. Program intern meliputi Konsolidasi Organisasi, program intern bertujuan untuk pemantapan organisasi KAGAMA yang meliputi Pembinaan komunikasi dengan alumni UGM, Sistem distribusi dan pendanaan Berita Kagama, Pembinaan hubungan dengan Almamater, Pembinaan sarana fisik, Peningkatan kesejahteraan alumni, Penjaringan Bibit Unggul Daerah, Pembinaan generasi penerus KAGAMA, Pengerahan dana, Dana pemeliharaan fakultas, Pembangunan Permukiman KAGAMA berwawasan Iingkungan di Yogyakarta dan Peningkatan kemampuan ilmiah anggota KAGAMA.
Program ekstern adalah dalam rangka meningkatkan pengabdian KAGAMA kepada masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan; dimulai dengan Peningkatan hubungan kerjasama KAGAMA dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Lembaga Swasta, serta Peningkatan hubungan dengan alumni perguruan tinggi lain.
Kesimpulan dalam seminar antara lain bahwa sukses pembangunan belum seluruhnya diikuti oleh pengembangan mutu sumberdaya manusia. Masih perlu dikembangkan kepribadian pelaksanaan pembangunan yang memihak kepada upaya pengentasan sumber daya manusia dari kemiskinan.
Munas VIII KAGAMA yang mengambil tema "Pengabdian dan Profesionalisme dalam Menyongsong Abad XXI" diselenggarakan di Palembang tanggal 23 - 26 Juli 1997 mendapat dukungan dan partisipasi dari semua alumni yang ada di Sumatera Selatan. Prof.Dr. Koento Wibisono, dipercaya untuk memimpin organisasi ini. Seminar dalam Munas mengambil tema "Pengabdian dan Profesionalisme pada Abad XXI" dalam bidang Profesionalisme, Cinta Tanah Air, serta Iman dan Taqwa. Inilah sumbangan pemikiran KAGAMA untuk menghadapi globalisasi.
Dalam perjalanannya, kepengurusan yang dipimpin oleh Prof.Dr. Koento Wibisono sangat aktif, peran yang ditunjukkan KAGAMA sangat besar khususnya pada proses reformasi, baik dalam bentuk diskusi, seminar, dan bersama-sama dengan UGM mengadakan dialog-dialog untuk mempercepat proses reformasi di Indonesia.
Hingga UGM menapak usia 50th, yang merupakan Tahun Emas UGM, KAGAMA ikut menyemarakkan dengan berbagai kegiatan sesuai dengan komitmen KAGAMA. untuk selalu memperhatikan masyarakat sekitar yang kurang beruntung, dengan mengadakan penyuluhan kesehatan terpadu, penyuluhan masyarakat dalam berbagai bidang, khitanan massal, aksi donor darah, ziarah dan kunjungan tokoh/janda tokoh UGM.
Pada Munas IX KAGAMA yang berlangsung pada bulan Juli 2001 di Balikpapan, terpilih : Prof.Dr. Ichlasul Amal, MA. sebagai Ketua Umum; Prof.Dr.Ir. Budi Wignyosukarto, sebagai Sekretaris Umum dan Prof.Dr.Ir. Kapti Rahayu sebagai Bendahara Umum. Pada saat itu telah terjadi perubahan penting dalam AD dan ART serta sistem pengelolaan organisasi, yaitu dengan diaktifkannya kantor sekretariat Pengurus Pusat KAGAMA di Jakarta. Struktur organisasi disusun dengan cara yang lebih praktis serta pembidangan telah disesuaikan dengan paradigma baru dan tuntutan kebutuhan masyarakat anggota. Hal ini sejalan pula dengan perubahan status UGM menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) terhitung sejak tahun 2001.
MUNAS X KAGAMA diselenggarakan pada bulan Juli 2005 di Hotel Borobudur Jakarta, terpilih sebagai Ketua Umum : Dr.Ir. Djoko Kirmanto, Dipl.,HE dan Wakil Ketum. Ir. Airlangga Hartarto, MT., dengan Sekretaris Umum : Ir. A. Hamid Dipopramono dan Bendahara Umum : Ir. A. Sutjipto.
Sumber: Official Website KAGAMA
No comments:
Post a Comment